Senin, 21 Oktober 2013

Save Hylarana



Hylarana rawa adalah jenis katak yang tidak lazim dibandingkan katak lainnya. Katak ini mampu hidup di hutan rawa gambut dimana kondisi tanahnya memiliki tingkat keasaman yang sangat rendah sekitar 3-5.
Hanya katak dari species tertentu saja yang mampu bertahan di lokasi yang tingkat keasamannya mendekati Nol, Demikian di katakana oleh seorang peneliti LIPI dari laboratorium herpotologi museum zoology bogor,
Hutan rawa gambut merupakan jenis ekosistem hutan rawa basah. Ekosistem semacam ini banyak terdapat di kawasan asia tenggara, amerika tengah, kepulauan karibia, afrika selatan dan sebagian amerika selatan. Indonesia sendiri memiliki lebih dari 21 juta hektar dari total 400 juta hektar hutan rawa gambut dunia. Pulau Sumatra dengan luas 47, 36 juta hektar merupakan pulau ke 6 terbesar di dunia dan memiliki sekitar 7,2 juta hektar huran rawa gambut. Sekitar 50% dari total luas hutan rawa gambut di Sumatra adalah terdapat di Provinsi Riau, di mana Katak unik Hylarana di temukan.

Seorang peneliti dari LIPI (lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) mengatakan Hutan rawa gambut sangat mendukung untuk Hidupnya beberapa Amphibi, Namun ia tidak pernah menyangka kalau katak Hylarana yang belum banyak di pelajari di dunia juga Hidup di sana. Lebih lanjut dia mengatkan bahwa perlu survey lanjutan untuk mengetahui lebih jauh tentang Katak langka jenis hylarana ini. Bahkan tidak menutup kemungkinan masih ada katak jenis lain yang lebih unik dan langka bisa di temukan di sana.
Dia mengkhawatirkan jika tidak ada penelitian dan survey lebih lanjut . Maka kelanjutan dan masa depan Katak Hylarana akan cukup sampai saat ini saja, bahkan akan punah. Kekhawatiran ini cukup beralasan karena amphibi merupakan jenis hewan yang sangat rentan terhadap perubahan lingkungan, Termasuk terhadap meningkatnya pemanasan Global.
Namun sangat di sayangkan, Jangankan memberikan kebijakan untuk melakukan penelitian tentang katak ini, Bahkan populasi lingkungan dan ekosystem dimana katak ini tinggal semakin berkurang karena tingginya perusakan hutan di Indonesia.

Tidak ada komentar: