Senin, 19 Agustus 2013

Cerpen: Hidayah Di Ujung Ramadhan

Lelah sudah kakiku melangkah menawarkan cocktail dan makanan untuk berbuka puasa bagi para pejalan kaki sepanjang jalan Dr. sutomo. Saat lelah dan haus sudah tidak tertahankan lagi dan saat kaki ini sudah hamper tidak bisa di langkahkan, tiba-tiba sebuah Honda city hitam metalik menyalip hamper menabrakku dan berhenti pas di depan trotoar jalan yang aku lewati, “ Huuuh rupanya dia lagi” gerutuku dalam hati. Kaca mobil depan tersebut mulai terbuka lalu terdengar suara serak perempuan paruh baya, yang mungkin suara itu sudah 3 sampai 4 kali aku dengar  “ nice guy, aku butuh semua cocktail  dan makanan takzil yang kamu bawa”
“tidak, makanan ini  hanya buat orang muslim yang berpuasa” jawabku sambil tersenyum.
“bagaimana kalau aku beli tiga kali lipat” jawab perempuan tersebut.
“nah kecuali kalo kamu beli 3 kali lipat baru boleh” jawabku.
“huuuuuh dasar” celotehnya sedikit cemberut.
Transaksipun selesai, aku pikir semua akan seperti biasa, setelah selesai transaksi dia akan pergi, tapi ternyata tidak, dia keluar dari mobil.
“besok kamu ada acara tidak? Tanyanya. Aku hanya terdiam sedikit terkesima selama ini aku hanya melihat kepala perempuan itu saja yang nongol dari balik kemudi Honda citynya. Tapi sekarang aku bisa melihat  semuanya.
“besok ada acara  tidak? Dia kembali bertanya.
“oooh iya setiap hari aku selalu punya acara” jawabku
“kalo kamu tidak sibuk, besok siang datanglah kerumahku, sepertinya aku butuh kamu” ungkapnya.
“ooooh iya, kalo begitu dengan senang hati aku akan datang kerumahmu dan aku akan batalkan acara yang lain yang waktunya bertabrakan dengan jadwal kunjunganku kerumahmu,” jawabku sambil sedikit nyengir
“huuuuh dasar, oke besok aku tunggu” jawabnya sambil masuk kedalam mobil. Lalu ngacir tancap gas dengan kecepatan tinggi.
Pikiran kotorku mulai menerka-nerka dan membayangkan tentang peristiwa yang akan terjadi besok.
Keesokan harinya.
Sudah dua kali aku tekan bel rumahnya tapi belum juga ada tuan rumah yang keluar saat bel mau aku tekan lagi tiba pintu terbuka dan betapa terkejutnya aku melihat penampilannya. selama ini aku hanya melihat dia selalu berbusana sexy. Namun saat ini seluruh tubuhnya berbalut busana muslimah. Setahuku perempuan ini seorang nasrani. Belum habis kebingungan dan keherananku dengan penampilannnya. Dia langsung mengajakku ke suatu tempat.
“ antar aku ke suatu tempat” pintanya dengan wajah yang sedikit gugup dan begitu tergesa-gesa
“kemana ? tanyaku
“nanti kamu akan tau sendiri” jawabnya singkat
“pasti mau shoping, atau ke twentyone atau ngajak makan “ celotehku sambil mengikutinya dari belakang. Dia tidak menjawab….
Mobil melaju dengan kencang
“Pasang sabuk pengamanmu “  katanya sambil matanya tetap melihat kedepan
“kamu taukan aku bukan seorang muslim” katanya lagi sambil tetap matanya menatap kedepan
“iya aku tau” jawabku
“Kamu tau kenapa hari ini aku berkerudung? Tanyanya
“biasalah kalao bulan ramadhan gini tidak ada muslim atau non muslim semua pasti ingin tampil beda, dan dengan berkerudung tampilanmu sudah beda” jawabku, dia hanya tersenyum.
Mobil semakin melesat dengan kencang lalu berbelok dan aku begitu terkejut karena mobilnya memasuki halaman sebuah mesjid yang ada di sekitar jalan gayam. Perkiraanku dia memberi kesempatan buatku untuk shalat dzuhur dulu.
Didepan mesjid ada sekitar 5 orang pria dan tiga wanita berdiri sepertinya mereka sedang menunggu kedatangan kami.
“hari ini aku akan memeluk agama islam” jawabnya sambil keluar dari mobil
Aku terkejut kaget dan hamper tidak percaya. Tapi sebelum aku berkomentar dia sudah menyalami semua orarng yang berdiri di depan mesjid tadi.
“maaf ustadz saya sedikit terlambat” katanya dengan wajh gugup dan terbata2…
Sang ustadz hanya tersenyum lalu berkata
“ mari prosesinya kita mulai saja…”
Subhanallah hari ini aku mengantar seseorang yang akan menjadi hambamu. Semoga dia selalu khusnul khotimah dan yakin dengan keputusan yang dia ambil. Karena setauku, selama aku mengenalnya  aku tidak pernah mengajaknya untuk masuk menjadi seorang muslim.
Acara sudah selesai semua memberikan selamat kepadanya dan ada tausyiah dari sang ustadz.
Beberapa saat kemudian kami sudah ada dalam mobil. Aku tidak bisa berkata apa-apa karena aku melihat air matanya mengalir membasahi pipinya yang putih kemerahan.
“kamu bisa bawa mobil ini? Tanyanya sambil menatapku,
“Insyaallah aku tidak bisa nyetir mobil,,”jawabku, lalu dia tersenyum sambil mengusap air matanya,
“tapi kamu tau kenapa aku menangis?” Tanya nya lagi.
“ yang aku tau, kamu semakin cantik dengan pakaian muslim yang kamu kenakan, yang aku tau hidayah telah turun di ujung bulan ramadhan ini, yang aku tau seseorang sudah terlahir dan kembali suci tanpa noda dan dosa dan yang aku tau aku senang mengantarmu kemanapun kamu pergi” jawabku panjang sekali.
Tiba-tiba dia menghentikan mobilnya,
“dan yang aku tau kamu pasti akan mengajariku tentang islam yang benar, dan yang aku tau saat ini perutmu pasti lapar sekali” katanya sambil tertawa
“insyaallah” jawabku sambil ikut tertawa.
“sekarang kamu mau buka puasa dimana? Tanyanya
“terserah kamu, yang penting jangan di starbuckcoffee lagi”
“kenapa ? tanyanya heran
“di sana tidak bisa membuat perut kenyang, padahal harganya mahal” jawabku sambil tersenyum
Diapun tertawa dan mobilpun kembali berjalan.
Hari kian senja semntara sang surya sudah setengahnya bersembunyi di balik bukit menorah, tidak lama kemudian kumandang adzan maghrib dan tanda berbukapun terdengar.



Tidak ada komentar: